Investor Miliarder: Buffett vs. Ackman – Analisis Komparatif

16

Dunia keuangan tinggi sering kali mempertemukan investor legendaris dalam persaingan yang ketat. Dua tokoh paling terkemuka, Warren Buffett dan Bill Ackman, secara historis melakukan pendekatan investasi dengan cara yang berbeda – namun keduanya memberikan keuntungan yang mengesankan. Sementara Buffett, sang “Oracle dari Omaha,” membangun kerajaannya berdasarkan investasi nilai yang sabar, Ackman terkenal sebagai aktivis investor yang agresif. Kini, Ackman memberi sinyal kemungkinan perubahan, dengan tujuan meniru model perusahaan induk jangka panjang Buffett.

Persamaan: Strategi Inti Pengembalian Elit

Meskipun memiliki kepribadian publik yang berbeda, Buffett dan Ackman memiliki prinsip-prinsip utama yang sama yang mendasari kesuksesan mereka.

Portofolio Terkonsentrasi: Kedua investor menentang kebijakan konvensional dengan memusatkan kepemilikan mereka. Alih-alih melakukan diversifikasi pada lusinan saham, mereka memasang taruhan besar pada beberapa saham terpilih. Berkshire Hathaway milik Buffett memegang hampir setengah portofolionya senilai $311 miliar hanya dalam tiga saham: Apple, American Express, dan Bank of America. Pershing Square milik Ackman juga mengikuti jejaknya, dengan Uber, Brookfield Corp., dan Howard Hughes Holdings menguasai lebih dari separuh portofolionya senilai $14,6 miliar.
Strategi ini berhasil karena kedua manajer memiliki wawasan keuangan yang mendalam dan kemampuan untuk mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang undervalued.

Disiplin Beli dan Tahan: Meskipun Ackman pernah dikenal karena mengambil posisi aktivis dan segera keluar, dia sekarang menekankan kepemilikan jangka panjang. Pendekatan Buffett selalu konsisten: periode favoritnya adalah “selamanya”, yang memprioritaskan kinerja jangka panjang dibandingkan fluktuasi pasar jangka pendek. Kedua investor tersebut kini memilih bisnis tahan lama yang memiliki posisi pertumbuhan berkelanjutan.

Kinerja Luar Biasa: Selama enam dekade, Berkshire Hathaway milik Buffett memiliki rata-rata laba tahunan sebesar 19,9% – sebuah rekam jejak yang luar biasa. Pershing Square milik Ackman, yang didirikan pada tahun 2004, juga tidak ketinggalan, dengan pertumbuhan sebesar 19,8% setiap tahunnya. Meskipun sejarah Ackman lebih pendek dan dikenakan biaya, hasil yang diperoleh para elit secara konsisten tidak dapat disangkal.

Perbedaan: Taktik dan Skala

Perbedaan investor ini terletak pada metode operasional dan struktur keuangan mereka.

Investasi Aktif vs. Pasif: Buffett membangun saham jangka panjang di bisnis yang sudah mapan, termasuk perusahaan swasta seperti See’s Candies dan Geico. Ackman biasanya hanya berfokus pada ekuitas yang diperdagangkan secara publik, dan mencari peluang untuk intervensi aktivis. Perbedaannya terletak pada kontrolnya: Buffett memiliki bisnis secara langsung, sementara Ackman mempengaruhi bisnis tersebut dari luar.

Struktur dan Biaya: Berkshire Hathaway adalah perusahaan induk publik tanpa biaya manajemen untuk investor. Pershing Square dari Ackman adalah dana lindung nilai yang membebankan biaya tahunan 1,5% ditambah 16% kinerja, menciptakan struktur berbiaya tinggi namun berpotensi memberikan imbalan tinggi.

Profil dan Skala Risiko: Pendekatan aktivis Ackman menimbulkan volatilitas yang lebih besar, ditandai dengan pertaruhan yang berani terhadap perusahaan seperti Canadian Pacific dan Herbalife. Portofolio Buffett yang lebih konservatif, didukung oleh uang tunai lebih dari $300 miliar, memungkinkan terjadinya akuisisi strategis yang belum dapat ditiru oleh Ackman.

Artinya: Masa Depan Investasi Nilai

Pengumuman pensiun Buffett pada tahun 2025 dan ambisi Ackman untuk membangun “Berkshire Hathaway yang modern” menunjukkan kemungkinan konvergensi strategi. Warisan Buffett adalah nilai jangka panjang, dan Ackman tampaknya beralih ke model serupa. Kedua manajer tersebut telah membuktikan kemampuannya dalam memaksimalkan keuntungan pemegang saham, meskipun melalui cara yang berbeda.

Apakah Ackman dapat sepenuhnya meniru Buffett masih harus dilihat, namun keselarasan dalam tujuan jangka panjang menunjukkan bahwa masa depan investasi nilai mungkin akan melihat perpaduan antara alokasi modal yang sabar dan intervensi strategis.